
![]() |
Pencarian korban gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar (photo: istimewa) |
Gempa terbesar dalam satu abad di negara itu menghantam Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, merusak ribuan bangunan, termasuk rumah, kuil, sekolah, dan infrastruktur lainnya. Dewan Administrasi Negara melaporkan lebih dari 2.300 orang terluka, sementara 30 lainnya masih dinyatakan hilang.
Pihak berwenang menyebut sekitar 2.300 bangunan runtuh di Mandalay. Lebih dari 600 biara, hampir 300 pagoda, serta 60 sekolah dan tiga jembatan hancur akibat guncangan hebat. Kerusakan juga dilaporkan pada Jalan Tol Yangon-Mandalay serta beberapa bendungan di Myanmar Hulu.
Jaringan komunikasi dan listrik lumpuh di banyak kota besar. Warga di Yangon, pusat komersial Myanmar, hanya mendapat pasokan listrik maksimal empat jam sehari akibat pemadaman.
“Itu seperti mimpi buruk. Saya masih takut,” ujar Kyaw Moe Aung, seorang warga Mandalay yang menyaksikan langsung runtuhnya sebuah kondominium di distrik Aungmyaythazan. “Ratusan bangunan ambruk di berbagai tempat, dan gempa susulan terus terjadi hingga larut malam,” tambahnya.
Tim penyelamat dari China, India, dan Rusia telah tiba di Myanmar dengan membawa tenaga medis serta peralatan evakuasi. Mereka segera menuju Mandalay dan ibu kota administratif Naypyidaw. Sementara itu, Amerika Serikat dan beberapa negara lain juga berjanji mengirimkan tim penyelamat setelah junta Myanmar mengajukan permintaan bantuan internasional yang jarang terjadi.
Untuk sementara, bandara internasional di Mandalay dan Naypyidaw ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut guna mengoptimalkan operasi penyelamatan.
Dampak gempa juga dirasakan di negara tetangga, Thailand. Di Bangkok, tim penyelamat masih mencari puluhan orang yang tertimbun di gedung tinggi yang runtuh akibat guncangan. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mengatakan penyelidikan terhadap gedung 30 lantai yang sedang dibangun itu akan diselesaikan dalam waktu seminggu.
Otoritas Bangkok melaporkan enam orang tewas, 26 orang terluka, dan sekitar 47 orang masih hilang di tiga lokasi pembangunan. Pemerintah telah menetapkan gempa ini sebagai bencana tingkat 3 atau kategori bencana besar, sehingga operasi penyelamatan ditingkatkan. Hingga pukul 06.00 waktu setempat, tercatat 77 gempa susulan, meskipun tidak ada yang terasa kuat di Thailand.
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kota Bangkok memerintahkan audit keselamatan terhadap gedung-gedung publik. Gubernur Bangkok, Chad Chart Siti Punt, mengatakan tiga rumah sakit telah diperiksa, dan Rumah Sakit Ratwithi diperintahkan untuk tidak menggunakan salah satu gedungnya karena mengalami kerusakan akibat gempa.
Gempa dahsyat yang mengguncang Myanmar dan Thailand ini menjadi salah satu bencana terparah dalam sejarah kawasan. Tim penyelamat terus bekerja keras di tengah situasi yang sulit, sementara dunia internasional mulai mengirimkan bantuan. Dengan jumlah korban yang masih terus bertambah, upaya evakuasi dan penyelamatan akan menjadi tantangan besar dalam beberapa hari ke depan. (*)