![]() |
| Penampakan kapal kayu yang diduga KM Naila lakukan aktivitas ilegal Fhising (Photo: Istimewa) |
Realitynews.web.id | SELAYAR — Di tengah momentum Hari Jadi Selayar ke-420 dan perhelatan Jambore Nasional Penyelam 2025 yang mengangkat tema konservasi laut serta eksplorasi wisata bahari, aparat menerima laporan adanya aktivitas ilegal di Perairan Takabonerate.
Pada Sabtu, 29 November 2025 sekitar pukul 13.00 WITA, masyarakat melaporkan munculnya kapal pengangkut ikan bernama KM Naila, asal Kabupaten Bantaeng, yang diduga kerap memasuki wilayah perairan Takabonerate secara diam-diam.
Kapal kayu ini dipimpin oleh seorang juragan berinisial Sa dan membawa es balok diduga untuk membekukan hasil tangkapan. Berdasarkan informasi awal, KM Naila disinyalir mengangkut ikan hasil penangkapan menggunakan bahan peledak (bom ikan) dari wilayah Takabonerate sebelum dipindahkan keluar daerah.
Laporan juga mengindikasikan adanya dugaan keterlibatan oknum tertentu yang memanfaatkan kedekatan dengan sebagian nelayan lokal untuk memasok pupuk yang berpotensi disalahgunakan sebagai bahan peledak dan minuman keras.
KM Naila membawa tiga ABK, masing-masing berinisial An, Re, dan Fe, yang saat ini tengah didalami identitas dan keterlibatannya oleh aparat kewilayahan.
Aktivitas ilegal ini menimbulkan keprihatinan, karena terjadi saat Selayar tengah menjadi sorotan nasional sebagai tuan rumah Jambore Nasional Penyelam ke-15 tahun 2025 dan Kongres ke-7 Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia yang menekankan konservasi laut, edukasi ekosistem karang, dan promosi wisata bahari berkelanjutan.
Takabonerate sendiri dikenal sebagai kawasan perairan strategis dengan keanekaragaman hayati tinggi, serta menjadi salah satu lokasi penyelaman terbaik di Indonesia. Penggunaan bom ikan dinilai dapat merusak ekosistem laut secara permanen, sekaligus mencoreng citra Selayar yang saat ini sedang berupaya menguatkan posisi sebagai poros wisata bahari nasional.
Aparat sedang mengumpulkan data tambahan terkait pola pergerakan kapal dan dugaan jaringan pemasok bahan berbahaya. Langkah hukum dan investigasi mendalam dipandang penting agar praktik ini tidak menggerus upaya konservasi yang saat ini giat dilakukan pemerintah daerah bersama komunitas penyelam, akademisi, dan warga lokal.
Sinergi TNI, Polri, dan pemerintah daerah disebut menjadi kunci untuk memastikan keamanan kawasan Takabonerate serta keberlanjutan perikanan dan keselamatan nelayan. (Red)




