
![]() |
Banjir Rob menggenangi kawasan pemukiman rumah warga desa tatupa, kecamatan Takabonerate Kepulauan Selayar (Photo: Istimewa) |
Realitynews.web.id | SELAYAR – Fenomena banjir rob yang terjadi di wilayah pesisir akibat naiknya permukaan air laut telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat, khususnya di Kepulauan Selayar, Indonesia. Kejadian ini bukan hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi dan infrastruktur yang signifikan bagi warga yang tinggal di kawasan pesisir.
Pada Senin (31/03/2025), air laut secara tiba-tiba naik dan merendam pemukiman warga di Pulau Tarupa, Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar. Kejadian ini memicu kepanikan, terutama bagi warga yang rumahnya berada di dataran rendah. Sebagian besar penduduk Pulau Tarupa bekerja sebagai nelayan dan menetap di rumah panggung kayu serta rumah tapak yang langsung dibangun di atas tanah. Dengan kondisi tersebut, mereka menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak banjir rob.
Dari pantauan di lapangan, rumah-rumah yang berada di daerah lebih rendah mengalami dampak paling parah. Air laut naik dengan cepat, merendam rumah-rumah warga dan memaksa mereka mengamankan barang berharga serta bahan makanan ke tempat yang lebih tinggi. Video yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan rumah terendam. Barang-barang rumah tangga dievakuasi, sementara beberapa warga berusaha membersihkan sampah yang terbawa arus. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa, bahkan beberapa anak terlihat berenang dan bermain perahu-perahuan dari gabus di depan rumah mereka, menggambarkan bagaimana warga berusaha beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Menurut keterangan Babinsa Desa Tarupa, Serka Jufri, turut memantau wilayah terdampak di Dusun Belang-Belang dan Dusun Tinja, bagian timur Desa Tarupa. Menyebutkan bahwa ketinggian air pasang yang menggenangi pemukiman warga diperkirakan berkisar antara 50 cm hingga 60 cm.
Sementara itu, Sekretaris Desa Tarupa, Suharjo Muna, dalam keterangan yang disampaikan kepada awak media mengungkapkan bahwa kondisi air mulai berangsur surut, tetapi ia tetap mengimbau warga agar waspada terhadap kemungkinan kenaikan air laut dalam waktu dekat. Pemerintah setempat tengah berkoordinasi untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut serta menyalurkan bantuan bagi warga terdampak.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan potensi banjir rob di wilayah pesisir Indonesia dari 6 Maret hingga 4 April 2025. Fenomena ini dipicu oleh pasang maksimum air laut yang diperparah oleh cuaca ekstrem. Oleh karena itu, warga pesisir, termasuk di Kepulauan Selayar, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya banjir rob secara berulang.
Banjir rob akibat pasang air laut terjadi secara rutin sepanjang tahun. Saat air surut, wilayah yang tergenang akan mengering, namun ketika air pasang, banjir kembali melanda. Fenomena ini menjadi tantangan tersendiri bagi warga pesisir yang setiap tahunnya harus menghadapi ketidakpastian akibat perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
![]() |
Babinsa desa Tarupa pantau keadaan di wilayah pemukiman warga saat terjadi banjir Rob (Photo: Istimewa) |
"Alhamdulillah, saat ini air sudah surut dan seluruh wilayah terdampak telah mengering. Berdasarkan pantauan terakhir sore tadi, kondisi sudah kembali normal. Biasanya, dalam tiga hari situasi akan stabil, namun diperkirakan besok dampak pasang air laut mencapai puncaknya," ujar Sekdes Tarupa, Suharji Muna, Selasa (01/04/2025).
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh banjir rob, pemerintah desa bersama masyarakat tengah mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Salah satu langkah yang disepakati adalah pembangunan bronjong (penahan gelombang) atau tanggul penghalang di beberapa titik pantai yang mengalami abrasi. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi dampak banjir rob dan memberikan perlindungan lebih baik bagi warga yang tinggal di daerah pesisir.
"Desa kami mengalami dampak signifikan akibat abrasi pantai. Kami berharap ada dukungan anggaran dari pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pusat untuk pembangunan bronjong ini. Dengan adanya bronjong, dampak pasang air laut bisa berkurang sehingga warga tidak lagi panik saat air naik," jelasnya.
Selain itu, dampak banjir rob juga dirasakan oleh warga yang memiliki rumah berbahan batu dan semen (rumah tapak) dengan lantai tegel. Air asin dapat mempercepat kerusakan lantai dan struktur bangunan, sehingga memperbesar biaya perbaikan rumah bagi warga terdampak. Oleh karena itu, masyarakat berharap adanya bantuan dari pemerintah dalam bentuk anggaran untuk pembangunan bronjong atau tanggul serta penguatan garis pantai di sekitar Desa Tarupa.
Fenomena banjir rob yang semakin sering terjadi menunjukkan urgensi bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan mitigasi bencana. Tanpa langkah pencegahan yang lebih efektif, risiko yang ditimbulkan akan semakin besar, mengancam kesejahteraan dan kehidupan masyarakat pesisir di masa depan. (ar)