
![]() |
Seorang pejabat pemerintah yang tampak meletakkan tangan di layar sebagai simbol peresmian launching program (Photo: Istimewa) |
Realita Teknologi vs Simulasi Visual
Faktanya, sebagian besar layar TV atau layar sentuh berukuran besar yang digunakan dalam seremoni semacam itu idak memiliki kemampuan memindai telapak tangan atau sidik jari secara biometrik. Teknologi pemindaian telapak tangan (palm scanner) memerlukan sensor khusus, baik optik maupun inframerah, dan sistem pemrosesan biometrik yang tidak murah, serta belum lazim digunakan di ranah peralatan publik atau pemerintahan di Indonesia.
Apa yang terjadi sebenarnya hanyalah animasi visual yang diputar secara otomatis saat tangan menyentuh layar. Tidak ada proses identifikasi, verifikasi, atau pemindaian autentik. Ini bukan teknologi, tapi teatrikalitas. Jika tidak disampaikan secara transparan, maka atraksi ini bukan lagi simbolisasi, melainkan bentuk pembodohan publik yang terselubung.
Simbolik Boleh, Menyesatkan Jangan
Tentu, simbolisasi dalam acara seremonial adalah hal yang wajar. Peletakan batu pertama, penekanan tombol, atau pemotongan pita adalah bentuk simbolik yang lazim. Namun, ketika simbolisasi dibungkus dengan klaim teknologi yang tidak akurat, apalagi di ruang publik dan disiarkan secara luas, maka yang terjadi adalah pencitraan kosong yang berpotensi menyesatkan.
Masyarakat, terutama generasi muda dan pelaku teknologi, tidak bodoh. Mereka bisa membedakan antara teknologi nyata dan efek layar. Membangun kepercayaan publik terhadap digitalisasi seharusnya dilakukan melalui implementasi nyata, bukan sekadar efek visual yang indah di permukaan.
Transparansi dan Literasi Digital
Pemerintah semestinya menjadi teladan dalam hal literasi digital. Jika memang teknologi yang digunakan bersifat simbolik, seharusnya disampaikan secara terbuka. Atau lebih baik, tampilkan teknologi seadanya tanpa perlu memaksakan efek futuristik yang tidak substansial.
Justru saat ini yang dibutuhkan adalah penguatan sistem digital yang betul-betul berfungsi, seperti:
- Layanan publik berbasis e-government yang aman dan efisien,
- Penerapan sistem biometrik nyata untuk akses digital yang sah,
- Dan digitalisasi administrasi yang benar-benar menyentuh pelayanan masyarakat.
Acara launching program bukan panggung sulap. Rakyat berhak tahu mana yang sungguh-sungguh dan mana yang sekadar layar sentuh. Jangan biarkan keindahan visual menggantikan esensi kebermanfaatan. Kita tidak kekurangan teknologi—kita hanya perlu lebih jujur dan cerdas dalam menggunakannya.